Tasyakuran Petanesia ke-17, Bima Prasetya: Mendatang Buat Karnaval 2000 Perempuan Nusantara

    Tasyakuran Petanesia ke-17, Bima Prasetya: Mendatang Buat Karnaval 2000 Perempuan Nusantara
    Bima Prasetyo (2 kiri) Ketua DPW Petanesia Bali

    DENPASAR - Srikandi Laskar Bali Shanti terlihat menghadiri acara memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H/2022 M, Tasyakuran 1 tahun Muhammad Sastra Wardana Al Karim, di sebuah pujasera, di Denpasar.

    ● Putu Yunaika Agnit (kiri), Ita Herawati, Alma Marlina (Bendahara), Mariza Icha

    Hujan mengguyur deras sempat membuat kekhawatiran acara akan tidak berjalan lancar, tetapi kelompok DPW Petanesia Bali dan tamu undangan yang juga orang-orang spiritual mengambil langkah cepat mengatasi hujan, memohon kepada yang kuasa agar tidak hujan selama berlangsungnya acara.

    Tamu undangan Romo Karim yang memerintahkan Mariza Icha selaku undangan dari humas Laskar Bali Shanti untuk menghidupkan dupa dan mencoba memohon dan akhirnya hujan reda dalam hitungan 5 menit, luar biasa kelompok ini, sepertinya tulus dalam menjaga keutuhan bangsa dalam kebhinekaan yang merupakan asuhan dari Dr. Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya.

    Acara yang juga bersamaan dalam menyambut Tasyakuran Harlah Pencinta Tanah Air Indonesia (Petanesia) ke 17 tahun, berlangsung sederhana dan khidmat, karena lantunan Indonesia Raya dan tarian budaya, Kamis (27/10/2022).

    Bima Prasetya selaku Ketua DPW Petanesia Bali, yang di wawancarai singkat mengatakan bahwa kegiatan ini berlangsung secara serempak peserta DPP, DPW, DPC, di seluruh Indonesia.

    "Ini intruksi langsung dari kami di DPW Bali menjalankan perintah struktural tersebut, "ungkapnya.

    Ia juga bercerita bahwa 2005 perkumpulan Pecinta Merah Putih Indonesia (PMPI) yang didirikan oleh Maulana Habib Luthfi bin Yahya pada 2005, berubah menjadi Petanesia sebagai respon atas kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang rentan terhadap perpecahan dan konflik karena perbedaan.

    "PETANESIA lahir tahun 2018 itu perintah langsung dari Habib Luthfi bin Yahya, dan ditetapkan 28 Oktober menjadi hari lahirnya. Kita sengaja tidak mengundang organ lainnya karena ini acara internal, nanti kita undang di acara selanjutnya, kita khusus berdoa untuk acara ini, "ungkapnya.

    Maulana Habib Luthfi bin Yahya memerintahkan juga sebutnya untuk DPW Bali, untuk menjalani ada 9 bidang, khusus 4 bidang, yakni ekonomi kerakyatan melalui kegiatan umkm, kebudayaan dan sejarah, peranan perempuan dan pendidikan.

    "Kita juga akan buat untuk di Bali fokus framingnya tentang kebudayaan, pada tanggal 17 Desember (2022) nanti akan membuat karnaval 2.000 perempuan Nusantara, yang melibatkan 2000 perempuan dari sabang sampai merauke. Lalu tanggal 27 Desember akan membuat Natal Nusantara yang dikemas dalam kebudayaan"

    Ia juga akan menjadikan ini pilot project untuk kedepannya, "dalam ibadahnya kita serahkan kepada pemeluk agamanya masing-masing, tetapi kebahagiaannya, kegembiraannya milik seluruh masyarakat Indonesia itu yang ingin kita tonjolkan, dan juga akan kita buat Lebaran Nusantara, Imlek Nusantara, Galungan Nusantara dan lain sebagainya, "pungkasnya. 

    Sementara itu Brigjen Pol. (Pur) I Dewa Bagus Made Suharya mengungkapkan kebanggaannya menjadi bagian dari PETANESIA.

    "Saya secara pribadi bangga menjadi anak ideologi Habib Lutfi bin Yahya, dan Petanesia menjadi perekat bagi kita semua yang berbhineka tunggal ika, ” ungkap tokoh yang pernah menjabat menjadi ketua DPW Bali Partai Berkarya ini. (Ray)

    denpasar bali
    Ray

    Ray

    Artikel Sebelumnya

    Bendesa Serangan Mengelak Lepas Tanggung...

    Artikel Berikutnya

    Rencana Penataan Serangan oleh Bappenas,...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan
    Hendri Kampai: Negara Gagal Ketika Rakyat Ditekan dan Oligarki Diberi Hak Istimewa
    Hendri Kampai: Pemimpin Inlander Selalu Bergantung pada Asing

    Ikuti Kami